Nia Perdhani

KETIKA UKURAN KEBAHAGIAAN BERGESER Internet dengan demam SOCIAL MEDIA diakui atau tidak merupakan biang kerok banyak orang merasa tidak bahagia dengan kehidupannya saat ini. Gak percaya??? Issshhh, percaya aja napa. Biar yang nulis seneng. Iya lohhh. Coba sebentar saja kita merenung, melihat ke belakang. Melongok diri kita yang dulu. The old us. Kita sebelum kenal FB, twitter, bbm, whatsapp, dan segala bebunyian gombreng lainnya di hp kala notif nya on. Kita sebelum jadi internet addicters. Kita sewaktu belum punya gadget canggih. Kita sebelum menjadi kita yang selalu memaki maki "kampreeett jaringan lemottt". Sudah flash backnya??? Apa yang berubah dari kita, dari kamu, dari aku?? Haaa,, tidak ada??? Hmmm,,, kalo bo'ong yang standar aja deh. Beberapa dari kita berubah. Dari yang biasa puas dan bahagia dengan tas 100ribu, kini baru tersenyum puas bila tas 300ribu nangkring di tangan. Beberapa berubah dalam hal gadget. Kalau dulu punya gadget bulukan sampe 2 tahun ga masalah. Sekarang 6 bulan ga ganti gadget aja udah galau. Liat iklan hp lazada nongol dimana mana, butuh berkali kali tarik napas buang napas untuk gak jedotin pala ke meja. Dulu seorang ibu tak perlu galau mikir anaknya bakal sekolah PAUD, TK atau SD dimana. Sekarang, liat berbagai iming-iming sekolah keren, bahkan bayinya baru lahir emaknya udah bingung nyari sekolahan. Katanya yang bisa bikin anak sukses dunia akhirat. Ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata dompet suaminya kosong kayak kopyah, lalu frustasi. Menyesali nasib, menyalahkan keadaan, karena anaknya jadi tidak bisa memperoleh pendidikan terbaik, katanya. Ada lagi yang lucu. Gara-gara socmed kita jadi sering liat status rumah tangga bahagia. Status suami atau istri yang saling romantis... nyimak ulasan film romantis... review novel romantis... tiba-tiba saja kita melihat rumah tangga kita begitu garing, datar, anyepp kayak gedebok pisang. Mewek liat capture email suaminya temen ke istrinya yang kata-katanya udah kayak novel best seller. Tiba-tiba ada seorang istri yang berharap suaminya berubah jadi seorang pujangga yang pandai merangkai kata. Padahal kita tahu sejak menikah suami ya begitu itu. Lempeng, anyep, datar, kayak lantai kamar mandi. Lalu kenapa tiba-tiba itu jadi masalah buat kita?? Kita dulu nggak punya kebiasaan sekian menit sekali ngecek hp. Lalu jengkel kalo chat grup bbm sepi, chat wa grup sepi, fb ga ada notif, nyetatus ga ada yang komen, posting di KMB boro-boro ada yang komen, sebiji like doang pun gak dapet, atau twitter sunyi senyap ga ada mensyen. Padahal anak-anak teriak-teriak minta ditemani main. Padahal deadline kerja setumpuk. Tapi mood terlanjur hilang karena hp sepi notif. Tipikal pengguna internet labil, kayak aku.. hiks. Lalu kita harus bagaimana supaya selamat?? Entahlah. Mungkin kita harus berkali-kali ngeplak kepala kita kalau sedang fb-an. Biar kita tidak bablas terbawa mimpi. Lalu tanpa sadar menjadikan status-status, iklan-iklan, jargon-jargon, kata-kata indah motivator yang malang negung di beranda Facebook sebagai sebuah DAS SOLLEN. Ketika tidak sesuai dengan DAS SEIN kita, lalu minder, sedih berkepanjangan, merasa hidup nggak bahagia, nggak keren. Mungkin kita perlu melatih diri untuk jadi pribadi yang stabil. Seseorang yang benar-benar percaya bahwa makan nasi lauk sambel teri di rumah mertua, itu juga sesuatu yang keren. Nggak kalah keren dengan status "lunch at Hotel JW Marriot" atau foto selfie di meja hokben dengan senampan menu cantiknya. Kita mungkin perlu sesegera mungkin meyakinkan diri sendiri bahwa status-status romantis yang terpajang di beranda itu sebenarnya tak jauh-jauh juga dari keributan. Ribut karena sang suami selalu memporak porandakan isi lemari pakaian yang tertata rapi, hingga ribut karena bekas kondom selalu lupa dibuang. Lalu ditemukan anak dan istri harus menemukan jawaban dari pertanyaan "ini apa bu??". Pun pula ketika menulis di KMB, tak usahlah menjadikan banyaknya like dan komen sebagai suatu DAS SOLLEN. Menjadikannya standar normatif untuk bahagia setelah menulis sesuatu. Ketika DAS SEIN nya adalah gak ada yang ngelike atau komen, lalu banting wajan, nelen suthil. Beeeuuhh.... ojo ngono sob, mundak diguyu tengu (kutu busuk - red)!! by Nia Perdhani

Related Posts:

0 Response to "Nia Perdhani"

Posting Komentar