Qurotul Aeni
Nasihat Pernikahan Seorang Anak TK True story #akudanmuridku Pagi ini aku menerima sebuah undangan berwarna coklat. Rupanya seorang rekan kerja akan menikah di akhir pekan ini. Kabar bahagia mengetahui seorang teman akan segera menyempurnakan separuh dien-Nya, di sisi lain muncul keresahan dalam diri. "Aku kapan ya?" Tak sengaja mampir dalam otak, dan itu langsung menyeretku dalam kegalauan terdalam secara mendadak. Tanpa sadar kubaca undangan itu berulang-berulang sambil mengkhayalkan, "kapan namaku tercetak dalam sebuah undangan?" Haissshh Dan ketika aku sedang berada dalam kegalauan mendalam, serta kecemburuan yang menusuk batin(ahh, lebay). Tiba-tiba datang seorang murid perempuanku, sebut saja Echa, membuyarkan pesta kegalauan. "Lagi baca apa, Bu?" "Ini undangan," jawabku pendek sambil memperlihatkan undangan itu padanya. "Undangan menikah ya?" tanyanya lagi sambil mencoba membaca kalimat-kalimat yang tertera. Echa kebetulan sudah lancar membaca, tahun ini ia akan masuk SD. "Oh, Bu Mia mau nikah ya? Terus Bu guru mau nikah juga?" Ia bertanya sambil menyorotkan matanya yang tajam ke arahku. Aku gelagapan, dalam hati aku berkata, "ya iyalah, itu yang dari tadi bikin aku galau." Namun belum sempat kujawab, Echa justru mengatakan sesuatu yang bikin hatiku senot-senot. "Bu Guru jangan nikah. Gak usah nikah pokoknya!" Ucapnya tegas. Gadis berusia 6 tahun dan bertubuh gemuk itu menatapku serius. "Pokoknya jangan nikah, Bu. Nikah itu capek. Nanti Bu Guru ngepel, nyapu, masak terus nyuci. Capek khan?" Omeigott, kau hanya membuat persentasi kegalauanku bertambah, Nak. "Tapi Bu Guru kan kerja," kucoba menangkis jawaban anak kecil itu. "Lah itu malah lebih capek, pulang kerja nanti mesti nyapu, ngepel, nyuci terus masak. Pokoknya jangan nikah!" Ampuuunn, ini anak belajar dari siapa sihh? Kan aku makin galau, hiks. Tapi apapun itu, jika jernih hati kita seharusnya bisa memetik "maksud" dari kata-kata bocah berusia 6 tahun itu. Aku tak pernah menyangka, anak kecil mampu menyadarkanku akan sisi lain dari sebuah hakikat pernikahan itu sendiri. Jangan hanya memikirkan hal-hal yang indah saja setelah menikah, tapi banyak hal yang nanti harus kita hadapi dan jalani. Termasuk hal yang tidak kita sukai dan tak diinginkan. Ada amanah dan tanggung jawab yang berat di sana. Untuk kalian yang akan menikah dalam waktu dekat, semoga SAMARA ya. Barokallaah. Met Rehat, pals. Sepotong kisah hari ini. by Qurotul Aeni
0 Response to "Qurotul Aeni"
Posting Komentar