Ummu Ajizanna

Cerpen : Pemburu Hati "Bu, ada yang menembakku!" katanya sambil setengah berteriak sepulang melatih ekstra. Sambil setengah lari menuju ke aku. Terus mendekapku kencang. "Siapa Nak?" jawabku sambil mengelus pundaknya. "Adakah yang terluka?" lanjutku sambil memerhatikan seluruh tubuhnya. Barangkali ada yang berdarah. "Iya bu, sakit banget," jawabnya. Aku amati dari atas kepala sampai kaki. Kok nggak ada yang luka ya. "Di mana Nak? Kok nggak ada darah yang mengalir?" sahutku. "Dia menembak tepat di hatiku Bu." sahutnya sambil menangis. Oalah..itu to. Wajahku yang tadi merasa kasihan padanya mendadak berubah menjadi merah. Hmm. Aku menjadi geram. "Tenang saja Bu, ibu nggak usah marah. Tadi pelurunya sudah aku ambil dan kukembalikan padanya." katanya menenangkanku. "Aku juga sudah tanyakan padanya, mengapa dia melukaiku? Lanjutnya. "Apa yang kau katakan pada pemburu itu Anakku?" tanyaku. "Aku menanyakan tujuannya memilih aku menjadi sasaran tembaknya? Untuk bersenang-senang atau untuk pendamping hidup?" jawabnya. "Terus pemburu itu jawab apa?" aku melanjutkan pertanyaanku. "Dia menjawab kalo untuk bersenang-senang gimana?" "Trus?" aku menyelidiki "Aku jawab kalo hanya untuk bersenang-senang, pergilah kamu dari ini sini, aku tak mau," jawabnya. "Hanya itu saja?" selidikku. "Dia menanyakan lagi Bu, kalo untuk pendamping hidup,gimana?" kata anakku. "Trus kamu bilang apa?" tanyaku masih menyelidiki. "Tunggulah aku setelah menjadi dokter, itu jawabanku padanya Bu." jawabnya. "Sekarang pemburu itu di mana?" tanyaku lagi. "Sudah pergi jauh Bu." jawabnya dengan wajah yang sudah tenang. "Hebat kamu Nak. Ibu salut padamu." kukecup keningnya. Kupeluk erat. Mutiaraku pandai menjaga diri. by Ummu Ajizanna

Related Posts:

0 Response to "Ummu Ajizanna"

Posting Komentar