WN Rahman
Sampai kemarin pun rasa-rasanya masih ada yang bertanya soal apa yang dibutuhkan untuk menulis? Dan seperti biasa, jawabannya adalah bolpoin, kertas, dsb. Tidak sepenuhnya salah sih, tapi sepertinya juga tidak benar--err, begitulah .... :p Sedangkan menurut saya, hal pertama yang dibutuhkan penulis adalah kemampuan membaca. Kemampuan membaca ini, jujur saja, saya rasa tak dimiliki semua orang. Bukan. Bukan masalah buta atau melek huruf. Tetapi, masalah memahami teks. Pernahkah kita bertanya, apa arti kata ini atau mengapa susunan kalimatnya seperti itu? Televisi masih menyala, asal cahaya terang-redup di ruangan yang kian gelap. Komedi lawas hitam-putih tentang pesta makan malam yang meriah tengah ditayangkan. - Under the Deep Shadows Jika dicermati, paragraf di atas tidak hanya berisikan sekadar dua deskripsi saja. Menurut saya, cara mencermatinya adalah sebagai berikut: 1. Kata 'televisi' dan 'gelap'. Seperti yang saya ketahui menonton televisi baiknya tidak di tempat gelap. 2. Kata 'televisi', 'gelap', dan 'kian'. Artinya siapa saja yang menonton, memulainya dari ketika ruangan tidak (begitu) gelap sampai gelap. Ada petunjuk waktu, juga, mungkin, perangai tokoh. Ia tak pindah dari muka televisi, artinya ia abai. Bisa jadi sedih, dari pengumpamaan 'gelap'. Seperti apa kiranya orang yang suka tempat gelap? 3. Kesimpulan sedih tadi diperkuat kata 'komedi'. Penonton komedi sedikit banyak pasti butuh penghiburan. Lalu diperkuat kata 'lawas'. Kita bisa menduga seperti apa kiranya tokoh itu. Ada dua kemungkinan, (1) tua, rindu masa lalu, kesepian, atau (2) muda, bosan setengah mati, kesepian. Mungkin juga melibatkan kegiatan melamun. Nah, dua kalimat saja jika digarap baik bisa menimbulkan banyak kesan selain menggambarkan suasana semata. Membaca dengan cara demikian memang merepotkan, tapi sekaligus bisa dipakai untuk mengukur teknik menulis seseorang. Selamat membaca.
0 Response to "WN Rahman"
Posting Komentar