Aziz yang Malang "Ziz. Sini kamu!" panggil eyang Wiro dari arah dapur. Dengan tergesa dan tanpa menjawab, Aziz segera meluncur ke sumber suara. "Iya, Eyang. Ada perlu apa?" "Kopi habis, gula juga gak ada. Kamu ke warung gih, beli yang sachet saja biar praktis." Eyang Wiro memberikan uang 5 ribu ke tangan Aziz. *** "Beli ..., mas Richie, Aziz mau bali kopi sachet!" teriak Aziz pada penjual yang tak jauh dari rumah. Mendengar ada yang memanggil, Richie sang pemilik warung keluar dari rumah. "Eh, lu Ziz, mau beli apa?" "Kopi yang itu, berapa, Mas?" tanya Aziz, menunjuk pada kopi yang tergantung dekat pintu. "Yang ini 2 ribu. Mau berapa sachet, Ziz?" "Kalau beli dua, jadi berapa tuh?" Aziz kembali bertanya. Sejenak Richie menatap wajah polos Aziz. "Kalau beli dua jadi 5 ribu." Aziz periksa kembali uang pemberian eyang Wiro, "Oke, Mas, Aziz beli dua, pas kan? Kahkahkah ..." ujar Aziz sambil menyerahkan uangnya. Gelak tawa Aziz, terdengar senang karena tak menombok seperti biasa. *** Sampai di rumah. "Huaaaaaa, Aziz ..., kamu kapan pintarnya sih? 2 ribu ditambah 2 ribu ya 4 ribu, oon ..." Aziz mengkerut di pojokan. Tangannya berulang kali mengetuk kening yang tak bersalah. Sekeras dia menghitung, hasilnya tetap aneh di otaknya. Tok tok, "Assalamu'alaikum, Ziz! Ini mas Richie. Uang kamu tadi lebih 3 ribu. Maaf ya! Mas Baru tahu kalau 2 ribu ditambah 2 ribu samadengan 3." Belum sempat Aziz menjawab salam dan membuka pintu, eyang Wiro terlebih dahulu menyongsong kedatangan mas Richie. Dengan cepat, eyang Wiro merampas uang yang disodorkan padanya. "Lain kali, lu kalau menghitung yang benar ya, Chie. Kan kasihan si Aziz!" omel eyang Wiro sambil menyelipkan uang kembalian ke dalam kopiahnya. Richie tepuk-tepuk bahu Aziz seolah memberi kekuatan. by Azizul Aazoel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Azizul Aazoel"
Posting Komentar