Dekik Yassir

== Abstrak == ® Dekik Menikmati sisa waktu sore tadi, tarikan napasku memanjang. Secangkir teh hangat menemani, sisa sesruputan. Mencoba meraba warna langit, mataku memerah jambu. Sukma terbawa arus layang-layang mengembara dibingkai hening. Aku ingin bercengkrama, help me, please! Tapi tiba-tiba awan berduyung-duyung. Pekat dan tebal. Terlalu menakutkan. Melangkahi lembayung, menepis sepi yang mengharukan. Berkutat cerita kemarin. Kerena tidak memandang esok dan seyakin setia matahari. Sebab ini aku mengingat pesan saudara, "Jadilah orang yang penuh keyakinan." Bukan begitu, kilahku. Hanya saja ketakutan menghantui dan mengurainya kian masai. Karena itu benang yang kutarik lupa tergulung. Kusut. Berantakan. "Jangan ketakutan seperti itu, Mas." Ren menepuk pundakku. "Aku ada dalam bayang-bayang jiwa-sukmamu!" Aku tersenyum renyah. Asam sedikit hilang. Thank's, relief di langit ambyar. Aku akan menikmati tiap hujan hujatan ketidakperkasaan ini. Tak sadar jika ada yang menangis, termasuk Ren. Dalam senyumnya, aku justru merambatkan diri penuh peluh kegagalan. Apa benar? Bisa saja kami akan tertawa. Nanti, jika malam berbunga hujan yang sama. Saat dulu pernah ceritakan tentang niat kami. Yang damai. *** Opening# by Dekik Yassir

Related Posts:

0 Response to "Dekik Yassir"

Posting Komentar