Dua Puluh Empat Purnama ======================= #PenaLumut Dua puluh empat purnama lalu. Aku dan kamu bersitatap pada sebentuk cahaya rembulan. Seutas senyum kusunggingkan kala retina menangkap sosokmu di sana. Di belahan bumi yang lain, kau berjanji untuk tetap menjaga hatimu demi sosok ber-tahilalat tepat di tengah dagu; dialah aku ... kutundukkan pandang berselimut rona merah jambu. Sementara kita terpisah raga, kurasa nyata hangat hadirmu di palung jiwa terdalam. Tak perlu ada komunikasi berlebih, toh kita bukan lagi belia yang harus bermanis kata cumbu rayu, cukup kita nikmati saja aliran darah kerinduan pada tiap jengkal nadi tubuh. Dua puluh empat purnama lalu kau berlirih lembut, "Biarlah DIA yang menjagamu, Nda ... hingga tiba saatnya nanti kuterima titah-Nya untuk menisbatkan namamu menjadi permaisuri hati ini. Satu pintaku, jika tabuh rindu itu tak lagi dapat kau bendung, keluarlah ... dan tataplah rembulan itu maka kan kau dapati diriku di sana." Dan malam ini ... kembali kurasa talu irama kerinduan atasmu, bagaimana ini? Sedang purnama telah berlalu. Harus dengan cara apa kuredam gemuruh di dada? Lalu kuambil segumpal awan putih serupa kapas nan suci, mulai kutuliskan bait-bait cinta untukmu, dengan tinta sewarna darah yang kucatut dari selang vena. Bersama bongkah hati yang kuturut sertakan di dalamnya, harapku ... semogalah kau tahu mewujud apa hasratku padamu, lelaki yang kusebut 'Purnama'. Rekahan senyum kusunggingkan demi mengantar awan si pengirim risalah cinta. Bersamanya kuhembuskan nafas kasih, biarlah ia kembali ke petala langit hingga menemu tuannya, kamu ... iya, kamu! *PC*19042015 by Rizqiyati
0 Response to "Rizqiyati"
Posting Komentar