Terlukakah dia? Dhumdhumdzetxet, bunyi mesin kilang padi di depan rumahku. Sekarang, sedang musim panen dan tukang-tukang kilang padi keliling pasti mondar-mandir setiap hari untuk mengejar order. Mereka tidak mengambil uang sebagai upah tapi beras hasil gilingan jadi penggantinya. Uniknya, menerima order via telpon kalau mereka tidak keliling, kita tinggal 'pencet nomor' dan taraaaa...dalam waktu plus minus 15 menit mereka akan sampai. Aku lagi menunggu tukang kilang padi keliling memasukkan beras ke dalam karung. Tiba-tiba, si mbak tetangga menghampiri. "Dek, saya ngutang berasnya 3 bambu boleh? Besok, saya giling padinya saya ganti." Kata si mbak pada tukang kilang. Singkat kata, 'negosiasi' antara si mbak dan tukang kilang selesai. Keesokan harinya. "Udah dibilangin, ayah itu udah tua, urus aja urusan sendiri jangan suka ikut campur." Terdengar suara si mbak marah-marah. "Udah telpon dia tuk giling malah ayah suruh giling padinya sama orang lain, sekarang gimana, dia datang padi sudah tergiling, mana aku dah ngutang janji bayarnya hari ini setelah padi digiling dia. Ayah ini duduk aja, diam aja jangan menambah masalah ku, bikin repot aja kerjanya, Capek aku sama ayah. Aku langsung ke luar rumah karena penasaran, 'ada apa gerangan?'. Sekilas terlihat si kakek berjalan tertunduk tanpa berkata apa-apa. Salahkah dia? by Fi Ana
0 Response to "Fi Ana"
Posting Komentar