MALAM, KU KELUPASI ENGKAU, KAU KELUPASI AKU Karya : Elniol S. Badrun Toelkenyoet malam, wahai malam, aku kelupasi malam, namun masih saja ada terasa, gelapnya, lantas, lagi aku kelupas, hingga ku bertanya, dan tak terhingga herannya, kan kutemukan dimana, malam, intinya, malam, maknanya, malam, kesahduannya, malam malam, wahai malam, adakah malam terang, adakah terangmu tak gelap, adakah hati melindap, adakah nafas tak berada di udara yang pengap-pengap, hingga ku tak perlu mengelupas, dimana cahayamu yang tak pendar-pendar, agar menggugah otak yang sadar, agar hati tak kehilangan getar malam, wahai malam, lantas, pada kematian-kematian di waktu malam, kuraba-raba hati dan otak, bergumam, dari nafas yang sembab, terbentur hingga akhirnya, aku tertidur dengan sendirinya, letih memikirkan malam, karena aku yang memang keletihan malam, wahai malam, malam yang mendesir, mengabarkan, mengapa betapa terfikir, keletihan, apalagi seharian mengejar, hamparan, lantas malam berujar, biarlah letih diikhlaskan, dan rebah adalah ibadah, untuk nanti hidup kembali, di malam, akhir sepertiganya malam, wahai malam, apakah iya, malam ku tanya-tanya, bolehkah ku aduk-aduk malam, ku cari intinya, maknanya, kesahduannya, engkau malam, lindapkan aku, sematkan aku dari gelagap, tepuklah aku dari gegagap, menemukan diri ku, malam, tersungkur ku di haribaan Nya, menuai haru biru malam, wahai malam, inikah kau biarkan, keikhlasanku atas letih, seharian menghampar dunia, dan malam melindap, untuk bangkit, ku tangisi malam, ku tangisi hitam kelam, ku tangisi diriku sendiri, akulah hitam kelam, malam, wahai malam, kau kelupasi aku, malam, lantas menganga mata hati, dari jiwa menggelinding nan mati, menganga bertaqorub menemukan tuhan, kerinduan mendalam nan terkuak, tuhan ya tuhan pemilik malam, tuhan ya tuhan pemilik waktu-waktu pun selain malam, malam, wahai malam, mengucur air mata malam, kumuh diri yang kelam, akulah dalam debu-debuku tenggelam, ough tuhan yang memiliki cinta mendalam, tuailah aku penuh rindu, kedzaliman ku sendiri yang terus mencengkeram, lepaskanlah aku yang melindap, dari diriku penuh pongah dan pengap pekalongan, kamis, 16/4/2015 jam 23.21 wib, jum'at, 17/4/2015 jam 01.44 wib dan jam 10.31 wib by Elniol S. Badrun Toelkenyoet
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Elniol S. Badrun Toelkenyoet"
Posting Komentar