Sakhruk Haddad Anwar

-- Berawal Dari Rasa Penasaran -- Beberapa tahun yang lalu, aku sudah merasakan ada yang berbeda dengan diri ini. Kenapa aku tidak sama dengan teman-teman lainnya? Kenapa perasaanku lebih sensitif? Masa puber adalah masa dimana aku mengalami kegundahan. Disaat teman-teman membicarakan seseorang yang mereka taksir, aku hanya menjadi pendengar setia. Sebenarnya ingin sekali mengatakan pada mereka, bahwa aku juga punya seseorang yang sepecial dihati. Tapi niat itu aku urungkan, karena jika saja mereka tahu siapa orang sepecial itu, bisa-bisa mereka muntah. Atau yang lebih parahnya, bisa-bisa aku didepak dari pertemanan (genk). Di saat mereka asyik bermalam Mingguan dengan pasangannya, aku hanya berdiam diri di kamar bertemankan gitar. Senarku petik dan mulai bernyanyi dengan lirik yang pas dengan kesedihan dan kesepian yang saat itu melanda. Disaat seperti itu, kadangku marah pada Sang Pencipta. Kenapa aku dilahirkan berbeda? -- Dunia Baru -- Orang-orang ramai membicarakan jejaring sosial yang bernama Facebook. Aku pun tak mau ketinggalan jaman. Akun Facebook sudahku buat dengan nama asli, foto asli, tempat tinggal asli, semua asli sesuai biodata yang tertera di KTP. Setelah beberapa bulan berselancar di dunia maya, aku mulai merasakan kejenuhan. Karena menurutku hanya itu-itu saja kontennya. Malah sering kesal ketika melihat setatus sahabatku yang ditujukan untuk ceweknya. Lalu si cewek itu berkomentar dengan kata-kata alay dan manja, kalau kata mereka mah, soswit-soswitan. Aku muak sekali jiga membacanya wall sahabatku itu. Sebenarnya wajar dan sah-sah saja mereka berbuat seperti itu, karena mungkin mereka sedang kasmaran. Yang jadi permasalahannya adalah sifatku yang tak wajar. Kala itu aku cemburu. Cemburu pada sahabatku itu, karena aku menyimpan rasa yang tak biasa padanya. Menyiasati kekesalan itu, aku sering iseng sering melihat group khusus orang-orang yang sama sepertiku. Berharap punya teman untuk sharing, syukur-syukur ada orang yang mau berbagi kasih. Berharap menjalin kasih dengan sahabatku, hanya harapan konyol. Seperti pungguk merindukan bulan, saja. Karena orientasi seksual dia, tidak sama sepertiku. Group yang seringku intif, ternyata ramai juga. Mereka blak-blakan menyuarakan apa yang mereka fikirkan. Aku pun tertarik, lalu membuat akun FB baru dengan identitas disamarkan. Beberapa orang aku add. Diantara teman baruku di dunia maya, ternyata ada orang yang tinggal satu kecamatan denganku. Awalnya aku berbasa-basa dengan cara menginboxnya. Lalu kami ketemuan, ternyata responnya seperti yang aku harapkan. Di situ aku merasakan dunia baru. Dunia yang benar-benar selama ini aku cari. Hidupku terasa bahagia, apa lagi disaat dia mengatakan cinta padaku. Dengan senang hati aku menerimanya. Disaat menjalin kasih dengan sesama, aku lebih banyak berbohong pada orang-orang sekitar. Disaat ada acara kumpul-kumpul bareng teman dan waktunya bertabrakan dengan janjian dengan kekasih, yang diutamakan, kekasih. Aku membuat seribu alasan agar mereka percaya dengan apa yang aku katakan. Beberapa kali sering absen dari perkumpulan genk, membuat mereka heran. Bahkan sahabatku sendiri sempat bertanya, ''Kenapa kamu tidak seperti dulu? Aku rindu bersama-sama denganmu?'' Dia menatap mataku dengan tatapan yang tak biasa, sempatku ke GR-an dan bertanya-tanya dalam hati. 'Dia mengatakan 'Rindu'. Apa dia juga punya perasaan yang sama sepertiku? Ah, Gak mungkin, diakan normal'. Tepisku kala itu. Aku kembali berdalih, meyakinkan sahabtku, agar dia percaya dengan alasan yang aku katakan. Sebisa mungkin menutup rapat dunia baruku dari mereka. -- Seks Bebas-- Seks menjadi kebiasaan kami disaat bertemu. Meski sering melakukan seks dengannya, entah kenapa semakin kesini semakin hilang rasa sayangku padanya. Malah aku masih sering merasa cemburu jika sahabatku itu jalan bareng dengan ceweknya. Benar kata orang, cinta pertama susah dihilangkan meski cinta itu tak terbalas. Hubungan yang kami jalin beberapa bulan pun, kandas. Aku yang memutuskan karena memang tidak ada kenyamanan dan kecocokan lagi diantara kami. Alasan utamanya, aku selalu kepikiran sahabatku itu. Apa lagi jika dia memberikan perhatian, meski perhatian itu, mungkin baginya adalah bentuk perhatian seorang sahabat. Tapi aku selalu menyalah artikannya. Hingga saat itu, aku tidak pernah lagi menjalin hubungan. Kalau pun melakukan seks itu tanpa adanya jalinan kasih. Karena yang ada di hatiku hanyalah dia, sahabatku sendiri. #Endingnya masih jauh. Maaf dicoretan ini tidak ada pesan yang bermanfaat... Insya Alloh dilain waktu, aku akan melanjutkannya kembali. by Sakhruk Haddad Anwar

Related Posts:

0 Response to "Sakhruk Haddad Anwar"

Posting Komentar