Rais Rahman

Kereta Mayat =========== Sore ini Bangmo Muhammad Ridwan berada di salah satu gerbong kereta api. Perjalanan ke suatu negeri akan dilaluinya menggunakan transportasi ini. Beberapa menit setelah mematutkan nomer tempat duduk akhirnya dapat juga. Tempat duduk yang persis bersebelahan dengan kaca. Itulah yang dicarinya. Tempat dimana bisa lansung memandang keindahan pesawahan, pedesaan, pegunungan, dan perkotaan. Sore ini kereta tidak ramai seperti biasanya. Terbukti, beberapa tempat duduk kosong akan penumpang. Di seberang tempat duduknya, Bangmo memperhatikan sekilas seorang anak merajuk pada bapaknya "Pa, adek laper. Adek ingin makan. Beliin itu, Pa." sembari menunjuk-nunjuk kereta dorong makanan. "Sabar sayang, sebentar lagi sampai, kok. Sekarang tidur dulu ya." Bangmoo hanya memperhatikan sekilas. Dalam hatinya membatin, "kasihan sekali anak itu. Coba kalau aku bapaknya, pasti tak beliin. Tak tega aku melihat anak merajuk seperti itu." Kemudian dia memalingkan wajahnya ke arah kaca, menikmati pemandangan persawahan yang menyejukkan mata. *** "Pak, maaf pak ini tempat duduk saya" Seorang pemuda membangunkan bapak yang duduk di seberang Bangmo. Beberapa kali pemuda itu membangunkan. Tapi, bapak itu tak kunjung bangun. Anaknya pun tertidur pulas seperti bapaknya. Bangmoo yang melihat pemuda itu lantas memanggilnya "Mas, duduk di samping saya saja. Di sini kosong. Mungkin bapak itu kelelahan." "Oh, terima kasih Mas." Akhirnya Bangmo ditemani oleh seorang pemuda dalam perjalanan ini. Pemuda itu bercerita akan banyak hal tentang dirinya. Begitu juga Bangmo. Hingga akhirnya kereta berhenti di Stasiun terakhir. Bangmo berdiri dari tempat duduknya sembari membawa barang bawaannya disusul pemuda tadi. Kemudian Bangmo membangunkan Bapak dan anaknya tadi karena kereta telah berhenti. "Pak, bangun pak. Dik, bangun dik. kereta telah sampai" Sembari menggoyang-goyangkan badan mereka berdua Anaknya pun bangun. Kemudian membantu Bangmo membangunkan sang Bapak. "Pak, bangun pak. Ayo kita pulang" kata anak itu. Bangmo heran dengan bapak itu karena tak kunjung bangun. Bangmo pun memanggil salah seorang petugas kereta api. Dalam pikirannya berkecamuk pikiran yang tidak-tidak. Setelah petugas datang, Bangmo meminta petugas untuk mengecek keadaan bapak itu. Dilihatnya petugas itu serius memegang-megang pergelangan tangan dan leher. "Bagaimana, pak? Apakah Bapak ini baik-baik saja?" "Mas ..., Bapak ini sudah menghadap Yang Maha Kuasa." Demi mendengar kata petugas, anak bapak itu menagis sejadi-jadinya. "Innalillahi wa inna lillahi roji'un" ucap Bangmo lirih. Tamat Kematian akan datang kapan saja, dimana saja. Tak pandang dia orang kaya atau miskin Tak pandang dia cantik atau ganteng. tak pandang dia pintar atau bodoh. Kalau sudah waktunya, tak ada seorang pun yang bisa mengelaknya. Maka dari itu, kawan. Persiapkanlah diri baik-baik. Perbanyaklah amal kebaikan. Jauhilah kemaksiatan. Agar kita mendapatkan Husnul Khotimah. Mari kawan kita berdoa Bismillahhirrohmanirrohim "Robbana atina fiddunya hasanah, wa fiil akhiroti hasanah, waqinaa 'adzabannar" by Rais Rahman

Related Posts:

0 Response to "Rais Rahman"

Posting Komentar