Prawiro Toko Asma Nadia

Richie dan Sapi (Bagian Setengah) Kabut menyelimuti desa, tempat Istri Richie pernah dinobatkan sebagai dukun beranak dua sebelum Julian Peras meneguk air dunia. Pisa, panggilan kesayangan untuk si sapi harus menjadi saksi perpisahan itu. Sememangnya hanya masalah sepele, dimulai dari kelancangan Julpe meminum kopi milik bapaknya. Padahal seduhan itu dibuat khusus untuk Papa Richie. Diaduk 40 kali dengan mantra cinta berlawanan rotasi bumi. Tetapi begitulah anak-anak, susah dilarang. Julpe malah jatuh cinta pada ibunya sendiri. Plak demi plak harus dia tanggung. Anugrah dari Papa Richie atas kelancangan tersebut. Hari berganti baju, tanggal berganti warna, Julian diusir dari kampung madu. Pisa menagis histeris tanda bahagia. Sepeninggal Julian, Richie selalu nampak murung, Pisa mencoba menghibur dengan jurus kibasan penaklut lalat. Namun sia-sia tidak ada sunggingan sebagaimana biasa. Dalam hati, Pisa ingin mencoba mempraktekkan jurus sapi yang pernah mereka tonton di bawah pohon jambu. Pisa mencoba meningat dua-tiga gerakan dari ponsel seukuran daun mangga. Ketika itu kalau tidak salah dia melihat perkelahian sengit antara sapi dan manusia. Semoga Tn. Richie bisa ceria kembali. Sudah sore Richie masih murung, Pisa hendak menggedong pulang andai bisa, tetapi benak itu masih kalah cepat dari dua putra tuannya yang lain. "Papa tak ada Julian, Aziz pun jadi. Sudahlah Papa lupakan sejenak adik tidak diri tahu itu!". "Benar Pak, Jangan-jangan dia bukan anak Papa? Atau mungkin dia anak teman Papa yang dulu sejones dengan bapak selama 43 tahun?" Richie langsung teringat Eyang Wiro. Pria itu bagaimana kabarnya, kenapa tingkah Julian mirip sekali dengannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Pisa mencoba membaca pikiran pria dipunggungnya. Tapi Ah sudahlah terlalu manusiawi untuk berfikir. Selamanya sapi hanyalah hanyalah sapi sekali pun tuannya sudah berbaik hati mau memanggilnya Pisa. Cambukan Azizi membuat si sapi bergerak lebih cepat. Azan magrib memandikan dusun Madu.Hari yang melelahkan bagi Pisa. Seandainya katak melompat pasti aku makan rumput. Ah sebaiknya aku tidur. Pisa membenak sebelum akhirnya terkapar, seseorang dengan tega menusuk-nusuk perut buncitnya hingga usus besarnya terburai. Bersambung! by Prawiro Toko Asma Nadia

Related Posts:

0 Response to "Prawiro Toko Asma Nadia"

Posting Komentar