SURAT UNTUK WIRO JULIAN TONI --------------------------- Kpd, Sahabat sekaligus pasien RSJ-ku Seperti lagu anak-anak, Wiro. Masalah membalon mengudara. Lima di antaranya yang hijau meletus dan kacaukan hati. Biar saja... Lihatlah saja kebun yang penuh bunga. Rupa-rupa warnanya. Indah, sedang hijau hanyalah warna daun dan cuma lembaran. Kamu jangan berhenti, hijau kadang tandakan jalanlah lagi. Hingga minggu tiba ... kamu bisa menaiki delman istimewa tuk bisa turut ayah ke kota. Meminta lembaran hijau untuk warnai taman yang gelisah dengan berupa warna. Jika ayah tak punya uang, come to Paman Aziz dan Om Jul. Mari kita gembel bersama. Berhematlah seperti nenek yang giginya tinggal dua, jeli membelanjakan apa yang kamu punya. Jangan seperti kakak tua yang hinggap di jendela. Pantengin apa yang lewat lalu serta merta membelinya. Putihputih melati kenapa Ali Baba? Merahmerah delima mengapa pula Pinokio. Siapa yang baik hati tidak saja Cinderella. Tetaplah jadi lelaki seperti Antonio yang dicintai Diana. Kita hanya semutsemut kecil. Yang selalu berkeadaan ditanya, apakah di dalam tanah tak takut kegelapan,tak ngeri dengan setan, tak geli dengan cacing, sendirian tanpa mama papa. Oeee ... oeeee ... itu katamu. Meniru jawab Richie. Mentang kalian jones berdua, jangan kira kami tak peduli. Secara mantan jones saya dan Aziz lebih mengerti asal jangan kau tanya emang berapa lamanya bagi kami bisa melewatinya? Jangan buat kami tersungging dengan membuat yang lain tersinggung! Listen to me, now! Bergotongroyong adalah selalu kerja kita, bahkan sepotong roti pun dibagi-bagi yang besarnya tentu diukur dengan besarnya mulut dan perut masing-masing. Setiap bertemu selalu salamsalaman. Haaah ... kita lucu sekali. Kita yang tak pernah remehkan sebutir nasi yang masih saja terserak. Entah karena suap yang terburu atau mungilnya bibir yang kita punya. Tetap sepakati akan selalu menghormati setiap tetes keringatnya pak tani. Ingatkan aku, aku toh juga ingatkan kamu, untuk selalu bersyukur kala 'bisa masih makan', sebelum keadaanku tak lagi membuat 'masih bisa makan'. Jangan sedih sampai hidung kening terluka kala cibir dunia katakan kita masih hijau. Sebab survey menunjukkan sebutir padi, hijaunya akan menguning. Setelah tiga bulan sekali lewat cucuran setiap hari dari keringat Pak Tani. Wiro ... mari kita bertani! Sesekali kita curi ubi kita sendiri. Salam KuTu kita, kutu kamu kutuku juga by Julian Toni
0 Response to "Julian Toni"
Posting Komentar