Elisa Dwi Susanti

#Event_Menulis_Cepat Bismillah ... ikut meramaikan tiga jam menjelang DL :) ================================ Penjual Tape Ketan Hujan rerintik berganti deras. Halilintar lantang memekakkan pendengaran. Diiringi tiupan angin kencang yang merontokkan dedaunan kering, siang cerah segera berubah menjadi gulita. "Pe ... tapeee ...." Suara yang khas lewat setiap hari itu terdengar semakin mendekat. Segera kusambar kerudung dan lari membuka pagar. "Tape, Pak!" Aku berteriak nyaring, bersaing dengan bunyi kilatan cahaya langit. Penjual tape pun mendekat. Kupersilakan bapak renta yang membawa dua pikulan di bahunya untuk masuk ke rumah. "Di sini saja, Bu. Badan saya basah semua. Sayang kalau lantainya kotor." Dia pun segera meletakkan pikulan dan duduk di teras rumah. "Ibu beli seperti biasanya?" Aku mengangguk. Dengan cekatan diambilnya lima bungkus tape ketan untukku. "Tunggu saja di sini sampai hujan reda, Pak." "Inggih (iya), Bu. Matur nuwun (terima kasih)," ucapnya tulus. "Kalau boleh saya tahu, Bapak ini usianya berapa?" "Enam puluh tiga, Bu." "Oh ... memangnya nggak capek setiap hari keliling seperti ini?" "Capek sih biasa, Bu. Tapi hanya ini yang bisa saya perbuat untuk membantu sesama." "Maksudnya?" tanyaku antusias. "Ini buatan tetangga saya, Bu. Janda seumuran Njenengan (anda) dengan tiga anak yang masih kecil. Suaminya meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan. Di sela-sela kesibukan sebagai buruh cuci, dia membuat tape ketan. Sebagian dititipkan di warung." "Kok Bapak yang menjualkan?" "Iya, Bu. Saya teringat almarhumah istri. Seandainya dia seperti ini ...." Pak Tua mengusap air bening yang menitik di pelupuk mata. Aku menghela napas. Dadaku tiba-tiba sesak. "Bapak punya anak? Berapa? Kerjanya apa?" "Punya, Bu, satu. Direktur Utama di sebuah perusahaan ekspor kayu. Dia bersikeras melarang. Tapi nggak enak rasanya duduk berpangku tangan menunggu ajal datang. Mungkin hanya dengan cara ini saya bisa menabung untuk akhirat, Bu," jawabnya sambil tersenyum. Hujan yang mulai reda menyudahi obrolan kami. Pak Tua pun pamit dan bergegas meneruskan langkah dengan suara khasnya .... "Pe ... tapeee ...." Gresik, 14 April 2015 jam 10:56 WIB Based on true story by Elisa Dwi Susanti

Related Posts:

0 Response to "Elisa Dwi Susanti"

Posting Komentar