== Cintaku Teler di Misur Bekonang == ® dekik Sewaktu sekolah, aku murid paling bandel, 'ngeyelan'. Apalagi jika yakin pelajaran itu bisa. Salah satu yang membuatku takut hanya guru yang cantik, pintar memuji serta menepati janji. Jika sudah berhadapan yang seperti ini aku, hmm ... menyimak, tapi deg-degkan dan 'klepek-klepek'. Sewaktu ada mahasiswa UNS (Universitas Negeri Surakarta) praktek mengajar kebetulan mengajar di kelasku. Hari pertama tatap muka aku bolos. Kedua 'absen' atau hadir dengan nama saja. Ketiga menyelinap ke kantin. Mungkin karena jengkel, aku pun diminta menghadap guru BP (Bimbingan Pelajar). "Kamu sudah kelas tiga, apa jadinya jika bolos terus, Kik!" suara Pak Ramlan keras, bahkan dengan mata menelanjangi mukaku. "Ta ...," "Jangan jawab! Benar Mbak Sari ke sini cuma praktek, tetapi dia meneruskan pelajaran Pak Imam. Kamu saja yang ...," "Sudah, Pak. Mungkin saya yang salah," potong Bu Sari dari depan pintu, "Dik Dekik, Mbak tidak bisa memanggilmu anak murid karena sudah besar." Aku menengoknya, dia lantas masuk dan duduk tetap di sampingku. Wangi, ampun, Bu Guru ini cantik banget. Sopan, duh, penuh senyum. "Ta ...," "Diam, dengarkan!" seru Pak Ramlan. "Begini, Dik. Apa yang membuat keinginanmu membolos?" Mbak Sari melirik. Tangan kanannya merangkul ke pundakku sebelah kanan. Uh, dug ... dug ... dug! Ampun bukan takut, tetapi malu. Mukaku pun memerah karenanya. "Pelajarannya sudah pernah, Mbak! Aku yakin dan masih ingat." "Oh, ya? Jika ulangan besok bagaimana?" "Jika aku dapat nilai di atas delapan, dapat hadiah apa?" "Kita bocengan ke kampus Mbak jalan-jalan dan minum di Es Teler Misur Bekonang. Bagaimana jika kamu kalah?" "Aku akan ikut les sore 100% tidak membolos!" Waa ... Bu Guru langsung mengajak bersalaman. Sedang Pak Ramlan sedikit berkeryit. Aku tahu beliau kawatir. Biar murid paling sering masuk ruang itu, tetapi aku salah satu jagoan yang diandalkan SMU untuk meraih peringkat se-Kabupaten. Mbak Sari. Aku ingat itu, dia langsung mengantar ke kelas untuk pelajaran berikutnya. Dalam perjalanan, jauh dari perkiraan bahwa guru itu bisa mudah dikadali, eh, diakali. Dia pintar menjaga jarak pembicaraan. *** Lanjut besok :p :p by Dekik Yassir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Dekik Yassir"
Posting Komentar