#Event_Menulis_Cepat #Cerpen Judul: Hingga Akhir Waktu Oleh: Dee Chie Hari yang melelahkan selalu dapat terlewati dengan suka cita bila dengannya. Aku bisa tegar dan percaya diri, berkat dia. Dia selalu ada dalam setiap keadaan. Seperti pohon dan akar, tak pernah bisa jauh dan saling melengkapi. "Terima kasih ya, untuk hari ini," ucapku pada Rijza. "Sudah berapa kali kamu mengucapkan terima kasih padaku, hari ini?" tanyanya. Senyum manis yang selalu membuatku berharap itu, diperlihatkannya. Menjadi suguhan termanis untukku di senja kali ini. Rijza sahabatku sejak lama. Kami dipertemukan dalam sebuah pekerjaan yang sama. Hampir empat tahun kita saling mengenal, perasaan lain mulai tumbuh dalam hatiku. Perasaan berbunga-bunga ketika berada dekat dengannya, dan rindu saat jauh darinya. Kuyakin ini cinta. "Bagaimana dengan hari ini? Kabar baik, kan?" tanyanya, seolah menghkawatirkanku. "Asalkan ada kamu, aku pasti baik-baik saja," jawabku. "Bener?" Aku mengangguk mengiakan. Sudah empat tahun ini aku menunggunya menyampaikan perasaannya padaku. Apakah dia mencintaiku, atau tidak. Tapi yang kudengar dari sahabat dekatnya, dia juga mencintaiku. Yang kutahu dia juga tak pernah memiliki kekasih selama empat tahun ini. "Tunggu saja, Rijza pasti akan memintamu menjadi kekasihnya. Dia hanya sedang menanti waktu yang tepat," kata Irgi, sahabat Rijza. "Benarkah? Tapi waktu yang tepat itu kapan?" "Dia yang mengatakan sendiri padaku. Jadi kamu tunggu saja tanggal mainnya. Yang pasti, persiapkan dirimu." Sudah kutunggu berbulan-bulan sejak Irgi mengatakan itu padaku, nyatanya Rijza tak kunjung mengatakan perasaannya terhadapku. Lama-lama aku jadi lelah dengan hubungan yang tanpa kejelasan seperti ini. "Za, dua bulan lagi aku akan menikah," ucapku pada Rijza. "Menikah? Dengan siapa?" "Dengan lelaki yang kukenalkan padamu sekitar satu bulan yang lalu. Leon." "Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu?" Rijza nampak tak percaya, sekaligus shock. Binar di matanya mulai meredup, sayu. Aku sendiri hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan. Benar. Dua bulan setelah mengatakan rencana pernikahanku pada Rijza, akhirnya aku benar-benar menikah dengan Leon. Lelaki asal Sulawesi yang dipertemukan Tuhan denganku, di tempat kerja baruku. "Aku belum melihat Rijza sejak tadi," gumamku. Mataku berkeliaran ke sana ke mari mencari sosoknya yang tak juga kutemui. Akhirnya terpaksa kumulai saja ijab qobul, tanpa menunggunya yang terlalu lama. "Fiska ..., ada telepon dari Rijza." Dengan tergopoh, Ibu menghampiriku ketika aku sedang mengobrol dengan teman-temanku. "Hallo, Fiska ... ini ibunya Rijza. Mau mengabarkan padamu, bahwa Rijza ... Rijza kecelakaan. Dia ada di Rumah Sakit saat ini," ucap suara parau dari seberang. "Rijza ...," pekikku. Aku menangis tersedu, sampai napasku terasa sesak. Lalu ... semuanya gelap. Dinding putih, dengan aroma obat-obatan menyambut, begitu mataku terbuka. "Rijza ...," gumamku, begitu aku menyadari apa yang sudah terjadi denganku. "Friska, istirahatlah," ucap Leon. Tidak. Kubawa peralatan infus, lalu berjalan mencari ruangan di mana Rijza di rawat. Di belakang, tampak Leon dan Ayah mengejarku. "Brakk!" Kakiku tersandung, dan terjatuh. Kepalaku membentur dinding, lalu menggelosor ke lantai. Selang infus di tanganku juga putus. Lagi-lagi yang kulihat hanya hitam. *** "Fiska terlalu banyak mengeluarkan darah. Apa lagi dalam keadaannya yang sangat tidak stabil seperti itu. Jadi maaf, kami pihak medis tidak dapat menyelamatkannya, Pak, Bu ...," terang dokter Abu pada sepasang suami istri di depannya. Isak tangis membanjiri tanah pemakaman. Hari ini dua anak manusia yang saling mencintai sama-sama telah dipanggil ke rumah Tuhan, menghadap keabadian yang Maha Kekal. Biar, cinta yang tak sempat terucap itu, dipertemukan Tuhan di rumah-Nya. Cilacap, 13 April 2015 by Dee Chie Putri BundaRosiy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Dee Chie Putri BundaRosiy"
Posting Komentar