Boerhan Ibrahim

Memahami Bahasa Wanita Minggu pagi jam 7.00 WIB. Tono yang sedang asyik berfesbuk tiba-tiba dikejutkan oleh suara Tini dari dapur. "Pah, bisa betulin keran cucian piring nggak?" "Bisa!" Cuma jawaban itu yang keluar dari mulut Tono, sebelum kembali meneruskan aktifitasnya. Tini yang melihat suaminya tidak bergerak, kembali berteriak, "Paaaaah! bisa betulin keran!" "Bisa dong! Masa betulin keran aja gak bisa." lagi-lagi dia meneruskan aktifitasnya. Menyelesaikan tulisan yang akan dilombakan di KBM. "Papah ini gimana sih! dimintain tolong, malah asyik main hape!" "Minta tolong apaan, bukankah kamu nanya Papah tadi, bisa apa nggak!" jawab Tono, tanpa rasa bersalah. "Kamu memang gak PERNAH mau bantu istrimu, kamu juga gak PERNAH mau peduli urusan rumah tangga!" teriak istrinya sengit. "Gak pernah bantu? Terus usahaku betulin kompor rusak dan genteng bocor kemarin kamu anggap apa?! Kerja kerasku banting tulang juga, kamu anggap tidak pernah mau peduli urusan rumah?!". *** Minggu Siang, Jam 9 WIB. Tini baru saja selesai dandan karena minggu pagi ini, pasangan pengantin baru tersebut berniat menghabiskan liburannya di Puncak. "Pah, pantes gak kalo aku memadukan baju gamis biru ini dengan jilbab biru toska," tanya Tini pada suaminya. "Kenapa gak pake jilbab putih aja, Mah." saran Tono. Mendengar saran suaminya, Tini cuma merengut sambil membanting pintu. "Udah! Yuk jalan sekarang!" sungutnya kasar. Tono yang tidak merasa melakukan kesalahan, cuma melangkah malas, mengambil kunci mobil dan menyalakan mobilnya. *** Minggu siang, jam 11.30. Selesai mengisi bensin di rest area Cibubur, Tini yang sudah merasa lebih baik, kembali membuka pembicaraan. "Pah, kamu lapar? Tadi pagi kan gak sempat sarapan." "Owhh, gak! Aku belum lapar kok." jawab Tono sambil kembali memacu mobilnya. Berharap cepat sampai di pintu tol gadog, sebelum arah Puncak ditutup. Tini, yang merasakan perutnya yang lapar cuma membisu sepanjang jalan, membuat suaminya bingung. "Kamu gak apa-apa, Tin!" "Ngggaaak! Aku gak apa-apa kok!" jawab Tini ketus. "Kalo ada masalah seharusnya kamu ngomong dong" bujuk Tono. "Iyaaa! Gak ada yang salah. masalahnya, cuma kamu SELALU gak PERNAH bisa ngertiin aku!" jawab Tini sengit. "Apa lagi masalahnya?" "Aku lapar tauk! Aku ajak mampir sebentar untuk makan aja kamu gak mau!" "Lhaaa … bukannya tadi kamu nanya aku!? karena aku belum lapar, ya kujawab nggak lah!" Bisa diduga apa yang terjadi selanjutnya. *** Pertengkaran seperti ini sering terjadi karena pola bahasa dan komunikasi yang berbeda. Wanita sering menyampaikan permintaaan dalam bentuk kalimat tanya. "Pah, bisa betulin …." Adalah kalimat perintah atau permintaan bantuan buat wanita. Buat laki-laki, ini adalah kalimat pertanyaan. "Kamu gak PERNAH mau bantu … kamu gak PERNAH mau peduli … kamu SELALU gak ngerti" Adalah bentuk kalimat yang sering diucapkan wanita saat mereka kesal. Tidak dimaksudkan dalam artian yang sesungguhnya, sekedar penguatan maksud dan menyalurkan emosinya. Sayangnya, kalimat seperti ini justru sering menyakitkan pasangan hidupnya, sehingga merasa jerih payah dan usahanya selama ini seperti tidak pernah dianggap. Saat wanita meminta pendapat suami tentang pakaian yang dipakainya seperti pada pertanyaan Tini : "Pah, pantes gak kalo aku memadukan baju gamis biru ini dengan jilbab hijau toska." Sesungguhnya dia sedang mengharap pujian, "Kamu pintar memilih, Mah! Kamu terlihat cantik dengan baju dan jilbab biru itu!" Karena dia sudah memutuskan untuk memakai jilbab itu. Wajar jika dia merasa suaminya sebagai orang yang pelit pujian. Begitu, juga saat bertanya dan meminta suaminya untuk sarapan. Sesungguhnya, dialah yang sudah lapar. Owwwh … wanitaku, mengapa engkau minta kami jadi pembaca pikiran :) by Boerhan Ibrahim

Related Posts:

0 Response to "Boerhan Ibrahim"

Posting Komentar