Ali Sulthon

#Event_Menulis_Cepat #CerMin Jadi, Siapa Dia? Oleh: Ali Sulthon Ah, baru saja kutempati kontrakan baruku di dekat Pasar. Ku seka keringatku dengan kain putih yang tergantung di daun pintu. Aroma wanginya bercampur keringatku. Seluruh barangku sudah tertata rapi. Pukul 21.12 WIB. Capekku tiada terkira. Seperti biasa, kubayangkan wajah istri dan anakku, sebelum terkantuk. Suara bising gelotakan barang, serta tangis seorang perempuan dari kamar sebelah membuatku terusik. Entah orang mana penghuninya. Mungkin sedang bertengkar. Aku bangkit untuk memeriksa. Tidak jelas, kamarnya hanya berlampu remang. Dari celah jendela sempat kulihat tempat yang berantakan. Ada masalah apa, ya? Hemmm .... Kuturuni tangga, menuju warung. Membeli obat nyamuk, biar tidurku lebih nyaman. Besok aku harus berangkat pagi buta. "Sampeyan yang baru ngontrak di kamar atas ya, Mas?" tanya penjualnya. Seorang ibu dengan koyo di pipinya. "Iya, Bu," jawabku ringan. "Sampeyan orang mana, Mas?" "Pemalang, Bu. Kenapa?" "Ah, tidak. Sampeyan sendiri?" tanya sang penjual, lagi. "Iya, Bu. Mungkin minggu depan saya jemput istri dan anakku." "Kok berani, ya?" "Memangnya kenapa, Bu?" "Ah, tidak apa-apa. Katanya angker, ada Kuntilanaknya." "Ah, kamar sebelahnya juga ada temannya. Ya berani, dong." "Kamar sebelahnya? Itu kan gudang, Mas. Nggak ada yang nempati, kok. Kosong sejak lama." "Tapi tadi ...," ucapku setengah bingung. Setelah kubayar, aku segera menuju kamar baruku yang tadi hanya kututup tanpa kukunci. Penasaran suara tangis yang jelas terdengar dari kamar sebelah tadi, yang katanya gudang ini, membuat aku memberanikan diri membukanya perlahan. Aku tiba di sini sejak selepas maghrib, jadi tiada sempat memeriksa. Kosong. Tiada siapa pun di dalam kamar usang itu. Pintunya tak terkunci. Ada kaca dan kursi kecil reot. Juga ban motor bekas. Jadi, tadi itu siapa, ya? Aku masuk kamar untuk tidur. Astaga ... mendadak listrik padam. Aku menyeruak masuk. "Kembalikan selendangku!" Terdengar suara bisik parau seorang perempuan, yang seolah memenuhi ruangan. Aroma melati khas bertebar ke mana-mana. Aku menoleh, penasaran. Sesosok perempuan bergaun putih tahu-tahu telah berdiri di dalam kamarku, tepat di depan pintu. Kejutku bukan kepalang ketika ia tertawa nyaring melengking seolah di dalam telingaku, membangunkan bulu kudukku. Aku tak tahu apa yang terjadi, tahu-tahu aku terjaga pagi buta. Ruang kamar masih beraroma melati khas. Namun aku memilih menghambur, menuruni tangga hampir terjatuh, dan menuju jalanan ramai. Entah, kira-kira beranikah aku berkemas dan mencari kontrakan murah lainnya? PB, 130415 by Ali Sulthon

Related Posts:

0 Response to "Ali Sulthon"

Posting Komentar