#Event_FF. Aku tak tahu kenapa penyakit gatal ini tak juga hilang. Sebelum tidur, pasti tanganku sibuk kesana kemari. Garuk sana garuk sini. Punggung yang sangat gatal menjerit minta digaruk, lalu pindah ke tangan, perut dan kaki. Aku menggaruknya sampai menyisakan bekas, tak tanggung-tanggung, jika rasa gatal menghampiri aku menggaruknya sampai puas. Kadang aku berpikir apakah gatal ini karena air yang kurang bersih? Tapi Ibu bilang jangan bawa-bawa air. Tak ada hubungannya dengan air sama sekali. "Sumur yang ada dibelakang mengalirkan air yang jernih dan sehat. Sumur itu adalah sumur keramat. Tak mungkin sumur itu penyebab kegatalanmu!" ucap Ibu berapi-api. Beliau seolah tak ingin jika penyakit gatalku disebabkan oleh sumur yang sudah dipakai oleh tujuh turunan itu. Lalu aku menyalahkan Bapak yang gemar sekali makan dengan ikan tongkol. Bagaimana tidak? Kegemaran Bapak membuat menu makanan hanya itu-itu saja yang menjadi sajian. Sekarang semur tongkol, besok balado tongkol, besoknya lagi tongkol bumbu pedas. Tentu saja, mau tak mau aku pun harus makan dengan hidangan yang membosankan itu. Aku juga sering manyun sama ibu karena memasak tongkol melulu. Kadang aku meminta membuat sayur biar penyakit gatalku tak makin parah. Bukannya dibuatkan Ibu malah mengomeliku panjang lebar. "Ningsih, kau sudah besar. Mau sayur buat sendiri. Mau sambel ngulek sendiri. Masa yang begitu-begitu saja kau nyuruh Ibu? Harusnya kau yang memasak untuk Ibu, dan Ibu tinggal makan ketika semuanya sudah terhidang." Ucapan ibu memang benar adanya. Aku memang perempuan malas. Jangankan memasak, merapikan tempat tidur pun kadang kelupaan. Mencuci baju pun kadang masih tersisa sabun. Ah, tapi aku bukan membahas tentang kemalasanku. Aku hanya ingin penyakit gatalku ini sembuh. Capek rasanya jika tanganku sibuk menggaruk tubuhku yang runyem dan gatal. Lalu aku pergi ke kamar, menghempaskan tubuhku yang rasanya sudah perih karena garukanku yang kasar. Aku menarik selimut lalu menutupi semua badanku. Selimut ini barangkali sudah 12 bulan tak direndam. Hah! baunya pun sudah tak keruan! Tiba-tiba aku bangkit dan selimut itu aku lemparkan. Iya, kali ini aku yakin bahwa badanku yang gatal-gatal karena selimut ini yang sudah rindu untuk direndam! by Ademia Nurul Fuadah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Ademia Nurul Fuadah"
Posting Komentar